Masihkah kita enggan bersyukur?
By : Balqisnurafni@gmail.comTahukah anda harga Oksigen diRS ?
Rp 25rb/ltr..
Tahukah anda harga Nitrogen diRS ?
Rp 10rb/ltr..
Rp 25rb/ltr..
Tahukah anda harga Nitrogen diRS ?
Rp 10rb/ltr..
Tahukah Anda bahwa dalam sehari manusia mnghirup;
2880 ltr Oksigen, &
11.376 ltr Nitrogen ?
Jika hrs dihargai dgn rupiah, Oksigen & Nitrogen yg kita hirup, akn mncapai Rp.185jt/hari /manusia.
Kalo dikalikan sebulan Rp. 185jt x 30hr = Rp. 5,5M/org..
Org yg paling KAYA sekalipun tidak akan sanggup melunasi biaya nafas untuk hidupnya, apabila TUHAN mnggunakan Rumus dagang seperti manusia.
Masihkah kita ENGGAN BERSYUKUR ?
Baru nafas saja, kita sudah semestinya membayar Rp.5,5M per bulan, dan itu GRATIS.
Sesungguhnya, Segala sesuatu adalah dari Dia, oleh Dia & kepada Dia.
Lanjutkan Kawan اَللّهُ Melihatmu.
Mau ditemenin 70000 malaikat setiap keluar rumah? gni caranya
Baca ayat kursi.
Khasiat Ayat Kursi :
Baca pada saat keluar rumah,
70000 malaikat akan menjagamu dari semua sisi.
Baca saat masuk rumah,
Kemiskinan tidak akan memasuki rumahmu.
Baca pada saat tidur,
Malaikat akan menjagamu sepanjang malam.
Baca setelah sholat,
Maka jarak antara kamu dan surga hanyalah kematian.
Sampaikanlah kepada orang lain,
maka ini akan menjadi Shadaqah Jariyah pada setiap orang yang Anda kirimkan pesan ini. Dan apabila kemudian dia mengamalkannya, maka kamu juga akan ikut mendapat pahalanya sampai hari kiamat.
Kenapa kita tidur kalau Allah memanggil?
Tapi sanggup tahan mengantuk saat menonton film selama 3 jam?
Kenapa kita senang sekali mengabaikan pesan dari Allah?
Tapi kita sanggup memforward pesan yang aneh-aneh?
Apakah Anda akan memforward pesan ini?
Apakah Anda akan mengabaikan pesan ini karena takut ditertawakan orang lain?
Allah Berkata: "Jika kamu menyangkal Aku di depan teman-temanmu. Aku akan menyangkal kamu pada saat hari penghakima!
2880 ltr Oksigen, &
11.376 ltr Nitrogen ?
Jika hrs dihargai dgn rupiah, Oksigen & Nitrogen yg kita hirup, akn mncapai Rp.185jt/hari /manusia.
Kalo dikalikan sebulan Rp. 185jt x 30hr = Rp. 5,5M/org..
Org yg paling KAYA sekalipun tidak akan sanggup melunasi biaya nafas untuk hidupnya, apabila TUHAN mnggunakan Rumus dagang seperti manusia.
Masihkah kita ENGGAN BERSYUKUR ?
Baru nafas saja, kita sudah semestinya membayar Rp.5,5M per bulan, dan itu GRATIS.
Sesungguhnya, Segala sesuatu adalah dari Dia, oleh Dia & kepada Dia.
Lanjutkan Kawan اَللّهُ Melihatmu.
Mau ditemenin 70000 malaikat setiap keluar rumah? gni caranya
Baca ayat kursi.
Khasiat Ayat Kursi :
Baca pada saat keluar rumah,
70000 malaikat akan menjagamu dari semua sisi.
Baca saat masuk rumah,
Kemiskinan tidak akan memasuki rumahmu.
Baca pada saat tidur,
Malaikat akan menjagamu sepanjang malam.
Baca setelah sholat,
Maka jarak antara kamu dan surga hanyalah kematian.
Sampaikanlah kepada orang lain,
maka ini akan menjadi Shadaqah Jariyah pada setiap orang yang Anda kirimkan pesan ini. Dan apabila kemudian dia mengamalkannya, maka kamu juga akan ikut mendapat pahalanya sampai hari kiamat.
Kenapa kita tidur kalau Allah memanggil?
Tapi sanggup tahan mengantuk saat menonton film selama 3 jam?
Kenapa kita senang sekali mengabaikan pesan dari Allah?
Tapi kita sanggup memforward pesan yang aneh-aneh?
Apakah Anda akan memforward pesan ini?
Apakah Anda akan mengabaikan pesan ini karena takut ditertawakan orang lain?
Allah Berkata: "Jika kamu menyangkal Aku di depan teman-temanmu. Aku akan menyangkal kamu pada saat hari penghakima!
About Me
By : Balqisnurafni@gmail.comhi all my name 'Nur Afni Balqis Julia"
you can call me Balqis
I was born in the city metro, 18 July 1997
I am a student of SMAN 2 METRO.
my home address in adipuro trimurjo, Lampung canter.
I want to be a doctor ..
I have hobbies: photos, swimming, reading novels, shopping, and adventure.
if you want to know more about me, you can to my address social media., such as:
facebook: Nurafni Balqis julia
twitter: @ nurafnibalqiss
instagram: Nurafnibalqis
path: Nurafni Balqis
blog: nurafnibalqisjulia.blogspot.com
gmail: balqisnurafni@gmail.com
Akibat Timbunan Sampah
By : Balqisnurafni@gmail.com
Akibat Dari Timbunan
Sampah
Rumah Tangga
Timbunan sampah rumah tanggadapat menyebabkan
berbagai permasalahan baik langsung maupun tidak langsung bagi penduduk kota
terutama daerah di sekitar tempat penumpukan.
Dampak langsung dari penanganan
sampah yang kurang bijaksana diantaranya adalah berbagai penyakit menular maupun
penyakit kulit, gangguan pernafasan serta dapat mengganggu kesehatan
manusia dan mengganggu estetika lingkungan, karena terkontaminasinya
pemandangan oleh tumpukan sampah dan bau busuk yang menyengat
hidung, sedangkan dampak tidak langsungnya diantaranya adalah bahaya
banjir yang disebabkan oleh terhambatnya arus air di sungai karena terhalang
timbunan sampah yang dibuang ke sungai.
Sebuah penelitian menyimpulkan, sampah memang menjadi salah satu penyumbang
gas rumah kaca. Maka dari itu, pembuangan sampah di tempat pembuangan akhir
(TPA) harus diperhatikan. Sampah organik yang tertimbun mengalami dekomposisi
secara anaerobik. Proses itu menghasilkan gas metana (CH4). Sampah
yang dibakar juga akan menghasilkan gas karbondioksida (CO2). Gas CH4mempunyai
kekuatan merusak 20 kali lipat dari gas CO2.
Gas metana (CH4) terbentuk karena proses fermentasi secara
anaerobik oleh bakteri metana atau disebut juga bakteri anaerobik dan bakteri
biogas yang mengurangi sampah-sampah yang banyak mengandung bahan organik sehingga
terbentuk gas metana (CH4) yang apabila dibakar dapat menghasilkan
energi panas. Sebetulnya di tempat-tempat tertentu proses ini terjadi secara
alamiah sebagaimana peristiwa ledakan gas yang terbentuk di bawah tumpukan
sampah di Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA) Leuwigajah, Kabupaten Bandung,
Jawa Barat. Bencana longsor yang terjadi di TPA tersebut terjadi karena
adanya akumulasi panas dalam tumpukan sampah yang pada akhirnya menimbulkan
ledakan yang sangat hebat. Karena ledakan inilah maka sampah-sampah tersebut
longsor dan menimbun puluhan rumah disekitarnya.
Jangan Membakar Sampah!
Membakar sampah merupakan kegiatan yang mempunyai peranan terjadinya
pencemaran udara. Proses pembakaran sampah walaupun skalanya kecil sangat berperan
dalam menambah jumlah zat pencemar di udara terutama debu dan hidrokarbon. Zat
pencemar tersebut, tidak hanya berbahaya bagi lingkungan tetapi juga berbahaya
langsung terhadap manusia. Polutan yang dihasilkan akibat pembakaran sampah
dapat menyebabkan gangguan kesehatan dan pemicu kanker (karsinogenik).
Untuk menanggulangi sampah plastik, beberapa pihak mencoba untuk
membakarnya. Tetapi, proses pembakaran yang kurang sempurna dan tidak mengurai
partikel-partikel plastik dengan sempurna maka akan menjadi dioksin di udara.
Bila manusia menghirup dioksin, maka akan rentan terhadap berbagai penyakit
diantaranya kanker, gangguan system syaraf, hepatitis, pembengkakan hati dan
gejala depresi.
Pembakaran sampah
organik juga akan menghasilkan gas metana.
Pencemaran Air
Pencemaran air adalah masuknya makhluk hidup, zat, energi, dan atau
komponen lain ke dalam air akibat adanya kegiatan manusia sehingga kualitas air
turun sampai ketingkat tertentu yang menyebabkan air tidak berfungsi lagi
sesuai dengan peruntukannya.
Indikator tanda bahwa air telah tercemar jika ada perubahan atau tanda
pencemaran yang dapat diamati secara fisik, kimia maupun biologi. Secara fisik,
air sudah tercemar jika ada perubahan warna, rasa dan bau. Secara kimia, jika
adanya perubahan suhu, pH, kandungan oksigen terlarut yang berkurang, kandungan
bahan kimia, dll. Sedangkan secara biologi dapat dianalisa dengan melihat
adanya bakteri patogen.
Rendahnya tingkat pelayanan umum terhadap sampah yang menyebabkan
pencemaran udara dan air meningkat. Hanya 40% sampah penduduk yang dapat dilayani,
sisanya dibakar/dibuang di badan air atau lahan terbuka. Sampah yang dibuang di
badan air dapat menyebabkan penyumbatan aliran air sehingga jika terjadi hujan akan
banjir.
Taman Pengolah Limbah Cair Skala Rumah Tangga
By : Balqisnurafni@gmail.comTaman Pengolah Limbah Cair Skala Rumah Tangga
Limbah cair domestik merupakan permasalahan lingkungan karena secara kuantitas maupun kualitas, dapat mengganggu kesehatan manusia, mencemari lingkungan, dan mengganggu kehidupan makhluk hidup. Peningkatan jumlah limbah cair domestik mengakibatkan jumlah limbah dalam badan air penerima melebihi daya tampung maupun daya dukung lingkungannya. Sehingga akan menimbulkan dampak negatif dan memperburuk kualitas lingkungan (Widayat, 2009). Berdasarkan pendekatan konsep kesetimbangan massa, air limbah domestik dari hasil kegiatan rumah tangga berkontribusi positif meningkatkan beban pencemaran pada badan air penerima (Cordova, 2008). Selain itu peningkatan kebutuhan air bila tidak diimbangi dengan ketersediaan sumber air baku yang cukup, akan menimbulkan kelangkaan air (Cantrell et al., 2008). Padahal apabila air limbah dapat diolah, maka akan menghasilkan air baku cadangan yang dapat digunakan kembali untuk kebutuhan rumah tangga (Jefferson et al., 2004).
Kecenderungan wilayah pemukiman kota besar di Indonesia relatif terkonsentrasi dalam komplek perumahan. Kondisi tersebut pada satu sisi dapat memberikan kemudahan dalam upaya pengelolaan air limbah secara terpadu. Pada sisi lain, banyak teknologi pengolahan air limbah yang kurang berjalan efektif karena mahalnya biaya operasional dan rumitnya sistem pengoperasian. Sehingga diperlukan sistem pengolahan dan pengelolaan yang lebih efektif dengan penerapan skala rumah tangga.
Karakteristik air limbah domestik pada umumnya mengandung bahan organik, oleh karenanya alternatif sistem pengolahan limbah secara biologis dirasa tepat untuk dijadikan pilihan utama. Salah satu alternatif sistem pengolahan air limbah secara biologis adalah dengan menerapkan Taman Pengolah Limbah (TPL). Selain digunakan sebagai instalasi pengolah limbah, TPL ditanami tanaman air hias, sehingga menambah nilai estetika taman di halaman rumah (Gopal, 1999 dalam Armis, 2006). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Suhardjo (2008) diperoleh bahwa penggunaan TPL pada limbah cair usaha catering dapat menurunkan konsentrasi parameter COD sebesar 40,81%, TSS 89,12% dan Fosfat sebesar 99,73%.
Bangunan struktur TPL terdiri dari settling tank sebagai pengumpul dan pre-treatment yang akan mengendapkan dan mencairkan bahan padat organik. Kemudian bahan padat organik akan diproses secara anaerobik dan dilarutkan ke dalam air yang mengalir secara gravitasi ke petak taman air atau wetland cell.Wetland cell merupakan kolam yang dibuat dari saluran batu semen dengan ukuran volume tertentu dan dilapisi anti bocor. Wetland cell diisi substrat berupa batu kerikil berukuran 10 – 15 mm dan ditanami tumbuhan air beraneka ragam. Pada filter gravel-bed wetland cell ini terjadi proses pembersihan air limbah secara fisik, kimia dan biologis (Jefferson et al., 2004). Penetapan komposisi tanaman ini perlu dilakukan dan menjadi faktor penting dalam TPL sebab hal ini bertujuan untuk mendapatkan hasil air olahan yang baik dan nilai estetika yang tinggi.
Berdasarkan fungsi umumnya, tanaman Hydrophyta dapat digunakan pada treatment pertama karena jenis yang mengapung sehingga berkemampuan langsung menyerap hara. Akar tanaman yang berfungsi sebagai filter, mampu mengadsorpsi padatan tersuspensi, dan sebagai habitat mikroorrganisme penghilang unsur hara (Reddy, 1985 dalam Syafrani, 2007). Treatment kedua dapat berupa jenis yang mencuat di permukaan air maupun yang mengambang dalam air. Tanaman jenis ini mampu menurunkan kadar BOD, COD, TDS dan TSS hasil pengolahan dari treatment pertama. Tanaman yang bisa digunakan setelah proses filter sampai treatment kedua, antara lain: Eichornia crassipes, Pistia stratoites dan Scirpus grossus, Echinodorus paleafolius, Nymphaea firecres, Typha angustifolia, Cyperus alternifolius, dan Equisetum hyemale (Kusumawardani dan Rony, 2013). Kompisisi tanaman tersebut akan menghasilkan air olahan dengan fisik yang baik, yaitu bening dengan TDS dan TSS sangat rendah. Beberapa dari tanaman tersebut juga memiliki bunga dan bentuk daun yang indah, sehingga dapat menambah nilai estetik dari sebuah taman. Selaian itu air olahan (output) dari TPL dimanfaatkan untuk menyiram tanaman, mencuci kendaraan dan sebagai cadangan air rumah tangga.
sumber : http://beranda.miti.or.id/taman-pengolah-limbah-cair-skala-rumah-tangga/
Rahasia Sukses Pengolahan Sampah di Jepang
By : Balqisnurafni@gmail.com
Sebelumnya, saya selalu berpikir bahwa tradisi mengolah sampah di Jepang, dengan memilah sampah menurut jenisnya, adalah budaya yang sudah lama dilakukan (baca: Mengolah Sampah di Jepang). Namun ternyata, menurut penjelasan kawan Jepang dan juga petugas di tempat pembuangan sampah yang saya temui, cara membuang dan mengolah sampah seperti saat ini, belum lama dilakukan di Jepang.
Sekitar 20 tahun lalu, orang Jepang belum melakukan pemilahan sampah. Di tahun 1960 dan 1970-an, orang Jepang bahkan masih rendah kepeduliannya pada masalah pembuangan dan pengelolaan sampah.
Saat-saat itu, Jepang baru bangkit menjadi negara industri, sehingga masalah lingkungan hidup tidak terlalu mereka pedulikan. Contoh terbesar ketidakpedulian itu adalah terjadinya kasus pencemaran Minamata, saat pabrik Chisso Minamata membuang limbah merkuri ke lautan dan mencemari ikan serta hasil laut lainnya. Para nelayan dan warga sekitar yang makan ikan dari laut sekitar Minamata menjadi korban. Di tahun 2001, tercatat lebih dari 1700 korban meninggal akibat tragedi tersebut.
Di tahun 60 dan 70-an, kasus polusi, pencemaran lingkungan, keracunan, menjadi bagian dari tumbuhnya industri Jepang. Di kota Tokyo sendiri, limbah dan sampah rumah tangga saat itu menjadi masalah besar bagi lingkungan dan mengganggu kehidupan warga Tokyo.
Barulah pada pertengahan 1970-an mulai bangkit gerakan masyarakat peduli lingkungan atau “chonaikai” di berbagai kota di Jepang. Masyarakat menggalang kesadaran warga tentang cara membuang sampah, dan memilah-milah sampah, sehingga memudahkan dalam pengolahannya. Gerakan mereka menganut tema 3R atau Reduce, Reuse, and Recycle. Mengurangi pembuangan sampah, Menggunakan Kembali, dan Daur Ulang.
Gerakan tersebut terus berkembang, didukung oleh berbagai lapisan masyarakat di Jepang. Meski gerakan peduli lingkungan di masyarakat berkembang pesat, pemerintah Jepang belum memiliki Undang-undang yang mengatur pengolahan sampah. Bagi pemerintah saat itu, urusan lingkungan belum menjadi prioritas.
Baru sekitar 20 tahun kemudian, setelah melihat perkembangan yang positif dan dukungan besar dari seluruh masyarakat Jepang, Undang-undang mengenai pengolahan sampah diloloskan Parlemen Jepang
Bulan Juni 2000, UU mengenai Masyarakat Jepang yang berorientasi Daur Ulang atau Basic Law for Promotion of the Formation of Recycling Oriented Society disetujui oleh parlemen Jepang. Sebelumnya, pada tahun 1997, Undang-undang Kemasan Daur Ulang atau “Containers and Packaging Recycle Law” telah terlebih dahulu disetujui oleh Parlemen.
Rahasia Sukses Jepang
Dari beberapa hal tersebut, setidaknya terdapat tiga rahasia sukses Jepang dalam penanganan sampah rumah tangga. Pertama, tingginya prioritas masyarakat pada program daur ulang. Hampir semua orang Jepang paham mengenai pentingnya pengelolaan sampah daur ulang.
Untuk membangun kesadaran itu, kelompok masyarakat seperti “chonaikai” melakukan aksi-aksi kampanye kepedulian lingkungan di berbagai lapisan masyarakat. Beberapa sukarelawan ada yang secara aktif turun ke perumahan untuk memonitor pembuangan sampah, dan berdialog dengan warga tentang cara penanganan sampah.
Kedua, munculnya tekanan sosial dari masyarakat Jepang apabila kita tidak membuang sampah pada tempat dan jenisnya. Rasa malu menjadi kunci efektivitas penanganan sampah di Jepang.
Saya pernah melihat orang Jepang yang sedang mabuk di kereta sambil memegang botol bir. Saya mengikuti saat ia keluar dari kereta. Dia celingak celinguk mencari tempat sampah. Menariknya, dalam keadaan mabuk, ia masih membuang sampah, bukan hanya di tempatnya, namun bisa memilih tempat sampah daur ulang khusus botol dan kaleng.
Dari kejadian itu saya berpikir bahwa kebiasaan membuang sampah, selain juga karena dibangun rasa malu, juga telah masuk ke alam bawah sadar mereka.
Ketiga, program edukasi yang masif dan agresif dilakukan sejak dini. Anak-anak di Jepang, sejak kelas 3 SD sudah dilatih cara membuang sampah sesuai dengan jenisnya. Hal tersebut membangun kultur buang sampah yang mampu tertanam di alam bawah sadar. Membuang sampah sesuai jenis sudah menjadi “habit”.
Awalnya dulu, resistensi sempat muncul dari beberapa kalangan mengenai perubahan cara membuang sampah ini. Banyak warga, khususnya orang-orang tua, yang memprotes cara baru penanganan sampah, karena dianggap merepotkan. Namun dengan penjelasan dan informasi yang terus menerus mengenai manfaat dari pembuangan sampah, resistensi itu berkurang dengan sendirinya.
Tempat Sampah di salah satu Mall kota Tokyo / photo Junanto
Bisakah kita Meniru Jepang?
Melihat proses pembentukan “habit” pengolahan sampah di Jepang tersebut, saya yakin kalau kita di Indonesia bisa meniru Jepang. Kesadaran pada sampah dan lingkungan hidup di Jepang baru tumbuh dalam beberapa puluh tahun terakhir. Artinya hal tersebut bukan terjadi by default pada diri masyarakat Jepang, namun dilakukan by design dengan membentuk habit atau kebiasaan melalu edukasi.
Oleh karena itu, upaya membangun kesadaran masyarakat melalui berbagai kampanye lingkungan hidup oleh komunitas-komunitas peduli lingkungan, seperti yang dilakukan oleh Sahabat Kompasianer dari Jogjakarta, Mas Daniel Suharta dan kawan-kawan, perlu banyak dilakukan di setiap kota dan tempat.
Apa yang dilakukan mas Daniel dengan membentuk berbagai program kampanye peduli lingkungan, persis seperti yang dilakukan oleh chonaikai di Jepang, 30 tahun lalu. Meski saat itu pemerintah Jepang belum mendukung dan bergerak, mereka tidak putus asa. Selama 20 tahun, komunitas tersebut terus konsisten meraih simpati dan berkembang pesat hingga akhirnya malah dapat memberi tekanan sosial pada pihak pemerintah.
Langkah lainnya adalah dengan membuat program edukasi bagi setiap elemen masyarakat. Berbagai brosur dan informasi dibuat untuk anak-anak sekolah sehingga kebiasaan membuang sampah terbentuk sejak kecil. Di sisi lain para orang tua juga harus memberi contoh. Hal ini sangat penting, karena anak-anak meniru apa yang dilakukan orang tua.
Dengan berbagai hal tersebut, pada akhirnya nanti pemerintah mau tak mau akan mendukung gerakan peduli lingkungan. Dan bila demikian halnya, Undang-undang dibuat bukan untuk mengatur, namun hanya meng-amin-i saja realita yang sudah terjadi di masyarakat.
Tak heran, makin maju suatu negara, makin sedikit peraturannya. Di Jepang, saya jarang sekali melihat tulisan “Buanglah Sampah Pada Tempatnya” atau “Dilarang Buang Sampah”. Karena tanpa tulisan itu-pun, masyarakat sudah membuang sampah di tempatnya.
sumber : http://olahsampah.com/index.php/manajemen-sampah/39-rahasia-sukses-pengolahan-sampah-di-jepang