Archive for April 2014
About Me
By : Balqisnurafni@gmail.comhi all my name 'Nur Afni Balqis Julia"
you can call me Balqis
I was born in the city metro, 18 July 1997
I am a student of SMAN 2 METRO.
my home address in adipuro trimurjo, Lampung canter.
I want to be a doctor ..
I have hobbies: photos, swimming, reading novels, shopping, and adventure.
if you want to know more about me, you can to my address social media., such as:
facebook: Nurafni Balqis julia
twitter: @ nurafnibalqiss
instagram: Nurafnibalqis
path: Nurafni Balqis
blog: nurafnibalqisjulia.blogspot.com
gmail: balqisnurafni@gmail.com
Akibat Timbunan Sampah
By : Balqisnurafni@gmail.com
Akibat Dari Timbunan
Sampah
Rumah Tangga
Timbunan sampah rumah tanggadapat menyebabkan
berbagai permasalahan baik langsung maupun tidak langsung bagi penduduk kota
terutama daerah di sekitar tempat penumpukan.
Dampak langsung dari penanganan
sampah yang kurang bijaksana diantaranya adalah berbagai penyakit menular maupun
penyakit kulit, gangguan pernafasan serta dapat mengganggu kesehatan
manusia dan mengganggu estetika lingkungan, karena terkontaminasinya
pemandangan oleh tumpukan sampah dan bau busuk yang menyengat
hidung, sedangkan dampak tidak langsungnya diantaranya adalah bahaya
banjir yang disebabkan oleh terhambatnya arus air di sungai karena terhalang
timbunan sampah yang dibuang ke sungai.
Sebuah penelitian menyimpulkan, sampah memang menjadi salah satu penyumbang
gas rumah kaca. Maka dari itu, pembuangan sampah di tempat pembuangan akhir
(TPA) harus diperhatikan. Sampah organik yang tertimbun mengalami dekomposisi
secara anaerobik. Proses itu menghasilkan gas metana (CH4). Sampah
yang dibakar juga akan menghasilkan gas karbondioksida (CO2). Gas CH4mempunyai
kekuatan merusak 20 kali lipat dari gas CO2.
Gas metana (CH4) terbentuk karena proses fermentasi secara
anaerobik oleh bakteri metana atau disebut juga bakteri anaerobik dan bakteri
biogas yang mengurangi sampah-sampah yang banyak mengandung bahan organik sehingga
terbentuk gas metana (CH4) yang apabila dibakar dapat menghasilkan
energi panas. Sebetulnya di tempat-tempat tertentu proses ini terjadi secara
alamiah sebagaimana peristiwa ledakan gas yang terbentuk di bawah tumpukan
sampah di Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA) Leuwigajah, Kabupaten Bandung,
Jawa Barat. Bencana longsor yang terjadi di TPA tersebut terjadi karena
adanya akumulasi panas dalam tumpukan sampah yang pada akhirnya menimbulkan
ledakan yang sangat hebat. Karena ledakan inilah maka sampah-sampah tersebut
longsor dan menimbun puluhan rumah disekitarnya.
Jangan Membakar Sampah!
Membakar sampah merupakan kegiatan yang mempunyai peranan terjadinya
pencemaran udara. Proses pembakaran sampah walaupun skalanya kecil sangat berperan
dalam menambah jumlah zat pencemar di udara terutama debu dan hidrokarbon. Zat
pencemar tersebut, tidak hanya berbahaya bagi lingkungan tetapi juga berbahaya
langsung terhadap manusia. Polutan yang dihasilkan akibat pembakaran sampah
dapat menyebabkan gangguan kesehatan dan pemicu kanker (karsinogenik).
Untuk menanggulangi sampah plastik, beberapa pihak mencoba untuk
membakarnya. Tetapi, proses pembakaran yang kurang sempurna dan tidak mengurai
partikel-partikel plastik dengan sempurna maka akan menjadi dioksin di udara.
Bila manusia menghirup dioksin, maka akan rentan terhadap berbagai penyakit
diantaranya kanker, gangguan system syaraf, hepatitis, pembengkakan hati dan
gejala depresi.
Pembakaran sampah
organik juga akan menghasilkan gas metana.
Pencemaran Air
Pencemaran air adalah masuknya makhluk hidup, zat, energi, dan atau
komponen lain ke dalam air akibat adanya kegiatan manusia sehingga kualitas air
turun sampai ketingkat tertentu yang menyebabkan air tidak berfungsi lagi
sesuai dengan peruntukannya.
Indikator tanda bahwa air telah tercemar jika ada perubahan atau tanda
pencemaran yang dapat diamati secara fisik, kimia maupun biologi. Secara fisik,
air sudah tercemar jika ada perubahan warna, rasa dan bau. Secara kimia, jika
adanya perubahan suhu, pH, kandungan oksigen terlarut yang berkurang, kandungan
bahan kimia, dll. Sedangkan secara biologi dapat dianalisa dengan melihat
adanya bakteri patogen.
Rendahnya tingkat pelayanan umum terhadap sampah yang menyebabkan
pencemaran udara dan air meningkat. Hanya 40% sampah penduduk yang dapat dilayani,
sisanya dibakar/dibuang di badan air atau lahan terbuka. Sampah yang dibuang di
badan air dapat menyebabkan penyumbatan aliran air sehingga jika terjadi hujan akan
banjir.
Taman Pengolah Limbah Cair Skala Rumah Tangga
By : Balqisnurafni@gmail.comTaman Pengolah Limbah Cair Skala Rumah Tangga
Limbah cair domestik merupakan permasalahan lingkungan karena secara kuantitas maupun kualitas, dapat mengganggu kesehatan manusia, mencemari lingkungan, dan mengganggu kehidupan makhluk hidup. Peningkatan jumlah limbah cair domestik mengakibatkan jumlah limbah dalam badan air penerima melebihi daya tampung maupun daya dukung lingkungannya. Sehingga akan menimbulkan dampak negatif dan memperburuk kualitas lingkungan (Widayat, 2009). Berdasarkan pendekatan konsep kesetimbangan massa, air limbah domestik dari hasil kegiatan rumah tangga berkontribusi positif meningkatkan beban pencemaran pada badan air penerima (Cordova, 2008). Selain itu peningkatan kebutuhan air bila tidak diimbangi dengan ketersediaan sumber air baku yang cukup, akan menimbulkan kelangkaan air (Cantrell et al., 2008). Padahal apabila air limbah dapat diolah, maka akan menghasilkan air baku cadangan yang dapat digunakan kembali untuk kebutuhan rumah tangga (Jefferson et al., 2004).
Kecenderungan wilayah pemukiman kota besar di Indonesia relatif terkonsentrasi dalam komplek perumahan. Kondisi tersebut pada satu sisi dapat memberikan kemudahan dalam upaya pengelolaan air limbah secara terpadu. Pada sisi lain, banyak teknologi pengolahan air limbah yang kurang berjalan efektif karena mahalnya biaya operasional dan rumitnya sistem pengoperasian. Sehingga diperlukan sistem pengolahan dan pengelolaan yang lebih efektif dengan penerapan skala rumah tangga.
Karakteristik air limbah domestik pada umumnya mengandung bahan organik, oleh karenanya alternatif sistem pengolahan limbah secara biologis dirasa tepat untuk dijadikan pilihan utama. Salah satu alternatif sistem pengolahan air limbah secara biologis adalah dengan menerapkan Taman Pengolah Limbah (TPL). Selain digunakan sebagai instalasi pengolah limbah, TPL ditanami tanaman air hias, sehingga menambah nilai estetika taman di halaman rumah (Gopal, 1999 dalam Armis, 2006). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Suhardjo (2008) diperoleh bahwa penggunaan TPL pada limbah cair usaha catering dapat menurunkan konsentrasi parameter COD sebesar 40,81%, TSS 89,12% dan Fosfat sebesar 99,73%.
Bangunan struktur TPL terdiri dari settling tank sebagai pengumpul dan pre-treatment yang akan mengendapkan dan mencairkan bahan padat organik. Kemudian bahan padat organik akan diproses secara anaerobik dan dilarutkan ke dalam air yang mengalir secara gravitasi ke petak taman air atau wetland cell.Wetland cell merupakan kolam yang dibuat dari saluran batu semen dengan ukuran volume tertentu dan dilapisi anti bocor. Wetland cell diisi substrat berupa batu kerikil berukuran 10 – 15 mm dan ditanami tumbuhan air beraneka ragam. Pada filter gravel-bed wetland cell ini terjadi proses pembersihan air limbah secara fisik, kimia dan biologis (Jefferson et al., 2004). Penetapan komposisi tanaman ini perlu dilakukan dan menjadi faktor penting dalam TPL sebab hal ini bertujuan untuk mendapatkan hasil air olahan yang baik dan nilai estetika yang tinggi.
Berdasarkan fungsi umumnya, tanaman Hydrophyta dapat digunakan pada treatment pertama karena jenis yang mengapung sehingga berkemampuan langsung menyerap hara. Akar tanaman yang berfungsi sebagai filter, mampu mengadsorpsi padatan tersuspensi, dan sebagai habitat mikroorrganisme penghilang unsur hara (Reddy, 1985 dalam Syafrani, 2007). Treatment kedua dapat berupa jenis yang mencuat di permukaan air maupun yang mengambang dalam air. Tanaman jenis ini mampu menurunkan kadar BOD, COD, TDS dan TSS hasil pengolahan dari treatment pertama. Tanaman yang bisa digunakan setelah proses filter sampai treatment kedua, antara lain: Eichornia crassipes, Pistia stratoites dan Scirpus grossus, Echinodorus paleafolius, Nymphaea firecres, Typha angustifolia, Cyperus alternifolius, dan Equisetum hyemale (Kusumawardani dan Rony, 2013). Kompisisi tanaman tersebut akan menghasilkan air olahan dengan fisik yang baik, yaitu bening dengan TDS dan TSS sangat rendah. Beberapa dari tanaman tersebut juga memiliki bunga dan bentuk daun yang indah, sehingga dapat menambah nilai estetik dari sebuah taman. Selaian itu air olahan (output) dari TPL dimanfaatkan untuk menyiram tanaman, mencuci kendaraan dan sebagai cadangan air rumah tangga.
sumber : http://beranda.miti.or.id/taman-pengolah-limbah-cair-skala-rumah-tangga/
Rahasia Sukses Pengolahan Sampah di Jepang
By : Balqisnurafni@gmail.com
Sebelumnya, saya selalu berpikir bahwa tradisi mengolah sampah di Jepang, dengan memilah sampah menurut jenisnya, adalah budaya yang sudah lama dilakukan (baca: Mengolah Sampah di Jepang). Namun ternyata, menurut penjelasan kawan Jepang dan juga petugas di tempat pembuangan sampah yang saya temui, cara membuang dan mengolah sampah seperti saat ini, belum lama dilakukan di Jepang.
Sekitar 20 tahun lalu, orang Jepang belum melakukan pemilahan sampah. Di tahun 1960 dan 1970-an, orang Jepang bahkan masih rendah kepeduliannya pada masalah pembuangan dan pengelolaan sampah.
Saat-saat itu, Jepang baru bangkit menjadi negara industri, sehingga masalah lingkungan hidup tidak terlalu mereka pedulikan. Contoh terbesar ketidakpedulian itu adalah terjadinya kasus pencemaran Minamata, saat pabrik Chisso Minamata membuang limbah merkuri ke lautan dan mencemari ikan serta hasil laut lainnya. Para nelayan dan warga sekitar yang makan ikan dari laut sekitar Minamata menjadi korban. Di tahun 2001, tercatat lebih dari 1700 korban meninggal akibat tragedi tersebut.
Di tahun 60 dan 70-an, kasus polusi, pencemaran lingkungan, keracunan, menjadi bagian dari tumbuhnya industri Jepang. Di kota Tokyo sendiri, limbah dan sampah rumah tangga saat itu menjadi masalah besar bagi lingkungan dan mengganggu kehidupan warga Tokyo.
Barulah pada pertengahan 1970-an mulai bangkit gerakan masyarakat peduli lingkungan atau “chonaikai” di berbagai kota di Jepang. Masyarakat menggalang kesadaran warga tentang cara membuang sampah, dan memilah-milah sampah, sehingga memudahkan dalam pengolahannya. Gerakan mereka menganut tema 3R atau Reduce, Reuse, and Recycle. Mengurangi pembuangan sampah, Menggunakan Kembali, dan Daur Ulang.
Gerakan tersebut terus berkembang, didukung oleh berbagai lapisan masyarakat di Jepang. Meski gerakan peduli lingkungan di masyarakat berkembang pesat, pemerintah Jepang belum memiliki Undang-undang yang mengatur pengolahan sampah. Bagi pemerintah saat itu, urusan lingkungan belum menjadi prioritas.
Baru sekitar 20 tahun kemudian, setelah melihat perkembangan yang positif dan dukungan besar dari seluruh masyarakat Jepang, Undang-undang mengenai pengolahan sampah diloloskan Parlemen Jepang
Bulan Juni 2000, UU mengenai Masyarakat Jepang yang berorientasi Daur Ulang atau Basic Law for Promotion of the Formation of Recycling Oriented Society disetujui oleh parlemen Jepang. Sebelumnya, pada tahun 1997, Undang-undang Kemasan Daur Ulang atau “Containers and Packaging Recycle Law” telah terlebih dahulu disetujui oleh Parlemen.
Rahasia Sukses Jepang
Dari beberapa hal tersebut, setidaknya terdapat tiga rahasia sukses Jepang dalam penanganan sampah rumah tangga. Pertama, tingginya prioritas masyarakat pada program daur ulang. Hampir semua orang Jepang paham mengenai pentingnya pengelolaan sampah daur ulang.
Untuk membangun kesadaran itu, kelompok masyarakat seperti “chonaikai” melakukan aksi-aksi kampanye kepedulian lingkungan di berbagai lapisan masyarakat. Beberapa sukarelawan ada yang secara aktif turun ke perumahan untuk memonitor pembuangan sampah, dan berdialog dengan warga tentang cara penanganan sampah.
Kedua, munculnya tekanan sosial dari masyarakat Jepang apabila kita tidak membuang sampah pada tempat dan jenisnya. Rasa malu menjadi kunci efektivitas penanganan sampah di Jepang.
Saya pernah melihat orang Jepang yang sedang mabuk di kereta sambil memegang botol bir. Saya mengikuti saat ia keluar dari kereta. Dia celingak celinguk mencari tempat sampah. Menariknya, dalam keadaan mabuk, ia masih membuang sampah, bukan hanya di tempatnya, namun bisa memilih tempat sampah daur ulang khusus botol dan kaleng.
Dari kejadian itu saya berpikir bahwa kebiasaan membuang sampah, selain juga karena dibangun rasa malu, juga telah masuk ke alam bawah sadar mereka.
Ketiga, program edukasi yang masif dan agresif dilakukan sejak dini. Anak-anak di Jepang, sejak kelas 3 SD sudah dilatih cara membuang sampah sesuai dengan jenisnya. Hal tersebut membangun kultur buang sampah yang mampu tertanam di alam bawah sadar. Membuang sampah sesuai jenis sudah menjadi “habit”.
Awalnya dulu, resistensi sempat muncul dari beberapa kalangan mengenai perubahan cara membuang sampah ini. Banyak warga, khususnya orang-orang tua, yang memprotes cara baru penanganan sampah, karena dianggap merepotkan. Namun dengan penjelasan dan informasi yang terus menerus mengenai manfaat dari pembuangan sampah, resistensi itu berkurang dengan sendirinya.
Tempat Sampah di salah satu Mall kota Tokyo / photo Junanto
Bisakah kita Meniru Jepang?
Melihat proses pembentukan “habit” pengolahan sampah di Jepang tersebut, saya yakin kalau kita di Indonesia bisa meniru Jepang. Kesadaran pada sampah dan lingkungan hidup di Jepang baru tumbuh dalam beberapa puluh tahun terakhir. Artinya hal tersebut bukan terjadi by default pada diri masyarakat Jepang, namun dilakukan by design dengan membentuk habit atau kebiasaan melalu edukasi.
Oleh karena itu, upaya membangun kesadaran masyarakat melalui berbagai kampanye lingkungan hidup oleh komunitas-komunitas peduli lingkungan, seperti yang dilakukan oleh Sahabat Kompasianer dari Jogjakarta, Mas Daniel Suharta dan kawan-kawan, perlu banyak dilakukan di setiap kota dan tempat.
Apa yang dilakukan mas Daniel dengan membentuk berbagai program kampanye peduli lingkungan, persis seperti yang dilakukan oleh chonaikai di Jepang, 30 tahun lalu. Meski saat itu pemerintah Jepang belum mendukung dan bergerak, mereka tidak putus asa. Selama 20 tahun, komunitas tersebut terus konsisten meraih simpati dan berkembang pesat hingga akhirnya malah dapat memberi tekanan sosial pada pihak pemerintah.
Langkah lainnya adalah dengan membuat program edukasi bagi setiap elemen masyarakat. Berbagai brosur dan informasi dibuat untuk anak-anak sekolah sehingga kebiasaan membuang sampah terbentuk sejak kecil. Di sisi lain para orang tua juga harus memberi contoh. Hal ini sangat penting, karena anak-anak meniru apa yang dilakukan orang tua.
Dengan berbagai hal tersebut, pada akhirnya nanti pemerintah mau tak mau akan mendukung gerakan peduli lingkungan. Dan bila demikian halnya, Undang-undang dibuat bukan untuk mengatur, namun hanya meng-amin-i saja realita yang sudah terjadi di masyarakat.
Tak heran, makin maju suatu negara, makin sedikit peraturannya. Di Jepang, saya jarang sekali melihat tulisan “Buanglah Sampah Pada Tempatnya” atau “Dilarang Buang Sampah”. Karena tanpa tulisan itu-pun, masyarakat sudah membuang sampah di tempatnya.
sumber : http://olahsampah.com/index.php/manajemen-sampah/39-rahasia-sukses-pengolahan-sampah-di-jepang
Pengolahan Sampah Rumah Tangga
By : Balqisnurafni@gmail.com
Pengolahan Sampah Rumah Tangga
Sampah merupakan sisa benda atau barang manusia yang telah digunakan dan
merupakan konsekuensi dari adanya aktivitas manusia. Kehidupan manusia
tidak pernah lepas dari masalah sampah, fakta menunjukkan bahwa potensi
sampah terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk. Pada
umumnya, sebagian besar sampah yang dihasilkan di tempat pembuangan akhir
(TPA) merupakan sampah organik yang mudah terurai dan sampah anorganik.
Sampah organik adalah sampah yang terbentuk dari zat-zat organik dan dapat
diuraikan.
Contoh sampah ini adalah daun,sisa sayuran dll. Sedangkan sampah
Anorganik adalah sampah yang berasal dari benda-benda yang tidak dapat
diuraikan. Contohnya: Plastik, Kaleng, dll. Masalah sampah saat ini termasuk
sepele. Tetapi, jika kita sadari bahwa setiap orang mengeluarkan sampah dan
akhirnya sampah tersebut akan menggunung. Untuk menanggulangi masalah sampah
yang semakin banyak, orang-orang mulai memikirkan banyak cara. Mulai dari memisahkan
sampah organik dan anorganik lalu menjadikan sebagai pupuk,tas,dll.
sampah bisa diolah dengan berbagai cara salah satunya dengan menerapkan
prinsip 3R. Metode ini bisa dilakukan dengan cara memilah sampah organik dan
anorganik yaitu dengan cara membuat tempat sampah khusus untuk sampah organik
dan anorganik. Dengan memilah sampah organic dan anorganik kita bisa
mengolah sampah-sampah tersebut menjadi sesuatu yang bermanfaat.
Apa itu 3R?
Reduce berarti mengurangi
sampah dengan mengurangi pemakaian barang atau benda yang tidak terlalu kita
butuhkan.
Reuse sendiri berarti memanfaatkan kembali barang yang sudah tidak terpakai.
Recycle adalah mendaur ulang
barang. Kita bias mendaur ulang sampah organic dan anorganik menjadi
sesuatu yang bisa bermanfaat.
Manfaat sistem 3R
·
Mengurangi tumpukan sampah organik yang berserakan
di sekitar tempat tinggal.
·
Membantu pengelolaan sampah secara dini dan cepat.
·
Menghemat biaya pengangkutan sampah ke tempat pembuangan
akhir (TPA)
·
Mengurangi kebutuhan Lahan tempat pembuangan sampah
akhir (TPA).
·
Menyelamatkan lingkungan dari kerusakan dan gangguan
berupa bau, selokan macet,banjir, dll.
Penerapan Sistem 3R dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Selama ini sebagian besar masyarakat masih memandang sampah sebagai barang sisa yang tidak berguna, bukan sebagai sumberdaya yang perlu dimanfaatkan. Paradigma baru memandang sampah sebagai sumber daya yang mempunyai nilai ekonomi dan dapat dimanfaatkan, misalnya untuk energi, kompos, pupuk ataupun untuk bahan baku industri. Pengelolaan sampah dengan paradigma baru tersebut dilakukan dengan kegiatan pengurangan dan penanganan sampah. Masyarakat awam biasanya berpikir bahwa sampah rumah tangga yang di hasilkan tidak akan bermanfaat bagi mereka. Sampah yang di hasilkan tadi di biarkan menuju TPA (Tempat Pembuangan Akhir) tanpa menyadari bahwa sampah tersebut bisa sangat berguna bagi pendapatan mereka. Dengan 3R atau pengolahan pupuk kompos organik mereka bisa mengolah sampah rumah tangga tadi menjadi usaha rumahan atau usaha kelompok masyarakat (UKM). Caranya yaitu dengan menerapkan sistem pemilahan sampah organik dan anorganik dengan membuat tempat sampah yang khusus untuk sampah organik dan anorganik pada setiap rumah warga. Dengan terlebih dahulu menyampaikan apa saja jenis sampah organik dan anorganik rumah tangga. Penerapan sistem 3R dalam rumah tangga tersebut bisa menjadi pola hidup peduli lingkungan dan di terapkan pada setiap orang yaitu: Reduce: Mengurangi sampah dengan mengurangi pemakaian barang atau benda yang tidak terlalu kita butuhkan, Misalnya : Kurangi pemakaian kantong plastic. Biasanya sampah rumah tangga yang paling sering di jumpai adala sampah dari kantong plastic yang dipakai sekali lalu dibuang. Padahal, plastic adalah sampah yang perlu ratusan tahun (200-300 tahun) untuk terurai kembali. Karena itu, pakailah tas kain yang awet dan bisa dipakai berulang-ulang Reuse : Memakai dan memanfaatkan kembali barang-barang yang sudah tidak terpakai menjadi sesuatu yang baru. Sampah rumah tangga yang bisa digunakan untuk dimanfaatkan seperti: koran bekas, kardus bekas susu, kaleng susu, wadah sabun lulur, dsb. Barang-barang tersebut dapat dimanfaatkan sebaik mungkin misalnya diolah menjadi tempat untuk menyimpan tusuk gigi atau cottonbut. Selain itu barang-barang bekas tersebut dapat dimanfaatkan oleh anak-anak, misalnya memanfaatkan buku tulis lama jika masih ada lembaran yang kosong bisa dipergunakan untuk corat coret, buku-buku cerita lama dikumpulkan untuk perpustakaan mini di rumah untuk mereka dan anak-anak sekitar rumah. Itu juga salah satu cara pemanfaatan sampah rumah tangga. Recycle: mendaur ulang kembali barang lama menjadi barang baru. sampah organic bisa di manfaatkan sebagai pupuk dan sampah anorganik bisa di daur ulang menjadi sesuatu yang bisa di gunakan kembali contohnya: mendaur ulang kertas yg tidak di gunakan menjadi kertas kembali, botol plastic bisa di sulap menjadi tempak alat tulis, plastik detergen,susu, bisa di jadikan tas cantik,dompet,dll. Mengolah Sampah Organik dan Anorganik dengan Metode 3R Sampah Anorganik – Sampah anorganik bisa di olah dengan proses daur ulang. Daur ulang mempunyai pengertian sebagai proses menjadikan bahan bekas atau sampah menjadi menjadi bahan baru yang dapat digunakan kembali. Dengan proses daur ulang, sampah dapat menjadi sesuatu yang berguna sehingga bermanfaat untuk mengurangi penggunaan bahan baku yang baru. Manfaat lainnya adalah menghemat energi, mengurangi polusi, mengurang kerusakan lahan dan emisi gas rumah kaca dari pada proses pembuat barang baru.
Proses Daur Ulang Rumah tangga
Memilah; yakni mengelompokkan sampah rumah tangga yang berdasarkan jenisnya dengan membuat tempat sampah anorganik dan organic , seperti kaca, kertas,plastic,sayur-sayuran, sesuai jenisnya. Menggunakan Kembali; Setelah dipilah, carilah barang yang masih bisa digunakan kembali secara langsung. Bersihkan terlebih dahulu sebelum digunakan.
Lakukan Daur Ulang Sendiri; Jika mempunyai waktu dan ketrampilan
kenapa tidak melakukan proses daur ulang sendiri di rumah dari sampah rumah
tangga yang di hasilkan . Dengan kreatifitas berbagai sampah yang telah
terkumpul dan dipilah dapat disulap menjadi barang-barang baru yang
bermanfaat.seperti gambar dibawah ini adalah olahan dari daur ulang sampah
rumah tangga :
|
||
Manfaat daur ulang
By : Balqisnurafni@gmail.com
MANFAAT DAUR ULANG
- Penghematan sumber daya alam
- Penghematan energi
- Penghematan lahan TPA
- Lingkungan asri (bersih, sehat, nyaman)
- Mengurangi pencemaran
Material yang bisa didaur ulang terdiri dari sampah kaca, plastik, kertas, logam, tekstil, dan barang elektronik. Meskipun mirip, proses pembuatan kompos yang umumnya menggunakan sampah biomassa yang bisa didegradasi oleh alam, tidak dikategorikan sebagai proses daur ulang. Daur ulang lebih difokuskan kepada sampah yang tidak bisa didegradasi oleh alam secara alami demi pengurangan kerusakan lahan. Secara garis besar, daur ulang adalah proses pengumpulan sampah, penyortiran, pembersihan, dan pemrosesan material baru untuk proses produksi.
Pada pemahaman yang terbatas, proses daur ulang harus menghasilkan barang yang mirip dengan barang aslinya dengan material yang sama, contohnya kertas bekas harus menjadi kertas dengan kualitas yang sama, atau busa polistirena bekas harus menjadi polistirena dengan kualitas yang sama. Seringkali, hal ini sulit dilakukan karena lebih mahal dibandingkan dengan proses pembuatan dengan bahan yang baru. Jadi, daur ulang adalah proses penggunaan kembali material menjadi produk yang berbeda. Bentuk lain dari daur ulang adalah ekstraksi material berharga dari sampah, seperti emas dari prosessor komputer, timah hitam dari baterai, atau ekstraksi material yang berbahaya bagi lingkungan, seperti merkuri.
Daur ulang adalah sesuatu yang luar biasa yang bisa didapatkan dari sampah. Proses daur ulang alumunium dapat menghemat 95% energi dan mengurangi polusi udara sebanyak 95% jika dibandingkan dengan ekstraksi alumunium dari tambang hingga prosesnya di pabrik. Penghematan yang cukup besar pada energi juga didapat dengan mendaur ulang kertas, logam, kaca, dan plastik.
repost:http://dimas-lionheart.blogspot.com/2011/10/manfaat-daur-ulang.html